Senin, 07 Agustus 2017

Kembalinya Sang Pemanggil




Review novel Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih



Intisari dan Telaahnya

          Tiga tahun fantasy (delapan tahun untuk dunia nyata) sudah berlalu. Nazarage, pangeran dari Negeri Kegelapan yang dikurung di penjara bawah tanah negeri Elfunity, mendapat kunjungan rahasia dari seorang perempuan misterius. Ngapain? Yang jelas bukan untuk diajak berkencan, tetapi membakar hati Nazarage agar bangkit kembali menghancurkan negeri yang dipimpin oleh Ratu Meraelf, kerabatnya dari leluhur yang lebih muda dari leluhur Nazarage.

          Sayangnya hasutan si Perempuan Misterius itu tak mendapat respon dari Nazarage yang rupanya sudah bertobat, menyadari perbuatannya pada masa lalu yang membawa kerusakan dan korban jiwa yang tak sedikit. Usahanya untuk menghancurkan negeri Elfunity dengan menguasai pusaka-pusakanya, justru memancing Sang Pemusnah, monster naga, yang bangkit sebab terpanggil oleh salah satu pusakanya yang dinamai Sang Pemanggil.

          Untuk menyambung cerita dengan novel sebelumnya, Akhmad, yang kini sudah duduk di bangku SMA, dikisahkan menjalin cinta dengan Silva,  teman satu SMA-nya. Kisah seperti sinetron pun dijalin (khusus untuk kisah cinta ala anak gedongan ini dalam rasaku seperti dipaksakan).

Penulis hanya ingin berkabar bahwa di jantung Akhmad masih berdiam Sang Pemanggil. Tersurat saat Akhmad kecebur kolam kala berantem dengan Danny, selingkuhan Silva. Dadanya menyentak hebat, seakan ada makhluk hidup yang berusaha keluar dari dalam tubuhnya. Pupil dan iris matanya berubah-ubah bentuk dan warna dengan cepat (halaman 51). Wajah Akhmad tanpa ekspresi, kelam, dan mata kirinya berganti warna; kuning berkilat pada iris, hijau gelap pada pupilnya. Bahkan, pupil mata kiri itu bentuknya lonjong mirip pupil mata ular, sedangkan mata kanannya masih tetap normal (halaman 52)

Novel ini ditulis dengan gaya selang seling antara kisah di negeri Elfunity dan kisah Akhmad yang kembali ke alam fantasy.

Di alam fantasy, seluruh kekuatan sedang dikerahkan untuk memburu perempuan misterius yang menyandera Ramelf, peri kupu-kupu yang mampu membaca aksara kuno, dan adiknya Farshaelf. Dengan kemampuna Ramelf, gerbang gaib yang melindungi pulau larangan, mampu ditembus oleh si Misterius yang kemudian dikenali dengan nama Zupaelf. Siapa Zupaelf?

Gadis pembuat onar karena merasa punya hak atas negeri Elfunity, sementara saudara-saudara seayah, tak pernah memperhitungkan dan menghargainya.

Hampir tiga perempat tebal buku ini mengisahkan pertarungan pemburu Zupaelf  dan perjuangan Zupaelf sendiri, melawan makhluk-makhluk ganas yang menghalangi jalannya menemukan gua tempat monster vampire, monster kuno yang nyaris hanya bisa dikenal dalam kitab-kitab kuno. Iblis Putih, Na’ag Ranck namanya.

Ando Ajo dengan kekuatan pengetahuan akan ilmu Fauna, berfantasy menghadirkan kembali tokoh-tokoh yang pernah dihadirkan di novel terdahulu. Ordo, family, terungkap dengan ciri-ciri fisiknya. Terlalu banyak nama disebut. Bikin pusing kalau harus mengingat nama latinnya. Cukuplah hanya dengan mengingat nama panggilan dan wujud fisiknya saja jika ingin terhanyut dalam kisahnya.

Ahmad, yang menjadi tokoh sentral pada novel terdahulu, pada novel ini mendapat perhatian sedikit. Ia masuk ke dalam cerita lewat peristiwa kecelakaan pesawat yang hendak membawanya ke Lembah Anai, Sumatra Barat. Untuk manis-manis cerita, ia bertemu dengan Anjha yang kemudian bertualang bersamanya di dunia Fantasy. Untuk ukuran manusia yang belum pernah bertemu dunia fantasy, tokoh Anjha terkesan kurang ‘terpesona dan takut’ dengan makhluk-makhluk asing yang belum pernah dilihat sebelumnya. Andai Ajo membuat karakter Anjha sebagai gadis yang penakut, pasti kisah akan lebih yahud, nih. Demikian pula dengan hadirnya Johan, kisah fantasynya jadi kurang greget, dan terkesan seperti cerita dunia nyata dengan kostum hewan-hewan aneh (bebas tafsir, ya, Ajo)

Adegan paling dramatis untuk dua sejoli ini adalah ketika Ahmad memberikan napas bantuan kepada Anjha yang pingsan dan telentang di air menghadap langit. Hufftt!  (halaman 197)

Bagaimana kisah selanjutnya?

Kisah semakin seru karena hadirnya tokoh-tokoh baru. Satu di antaranya punya ilmu yang mampu mengeluarkan Sang Pemanggil dari jantung Ahmad tanpa luka sedikit pun.

Zupaelf, apakah bisa mencapai tujuan awal membuat onar negeri Elfunity? Ataukah ia ‘luluh’ pada keadaan tak terduga?

Kisah percintaan bukan hanya Ahmad alami, tetapi juga dialami oleh tokoh-tokoh Negeri Elfunity. Mengapa Ratu Meraelf menyerahkan tampuk kerajaan kepada adiknya, pangeran Hawelf, setelah tiga tahun rajin mengunjungi Nazarage di penjara bawah tanah? Kepada siapa Hawelf menjatuhkan pilihan hatinya? Siapakah ksatria muda, tampan dari Pulau Larangan yang akan meramaikan dunia fantasy berikutnya?

Secara keseluruhan ceritanya menarik, hanya penokohan yang terlalu banyak membutuhkan kesabaran untuk bisa mencernanya.

Belajar sabar? Baca, yuk, novel keren ini.  Fantasytopia: Pulau Larangan dan Si Iblis Putih karya Ando Ajo. Editor: Sekar Mayang, layout: Liez Mutiara, Desain sampul: Domel. Diterbitkan oleh Penerbit Jentera Pustaka (Mata Pena Group) padaOktober 2016. Eh, penulis buku ini multi talenta, lho! Ia juga membuat sendiri ilustrasi isi dan sampulnya. Wuiihh, makin keren!

Mau yang seperti ini? Beli dan minta sendiri tanda tangan penulisnya.




         



Tidak ada komentar:

Posting Komentar