Kamis, 02 Agustus 2018
Ekor Kucrit
Di negeri kepala fantasi, seorang gadis kecil menangis di pangkuan kakeknya.
"Kenapa, Nduk?"
Si Gadis semakin menjadi tangisnya. Sang Kakek dengan penuh kesabaran membelai punggung kecil itu tanpa bertanya lagi.
"Kucrit, Mbah...Kucrit...." Si Gadis terbata-bata di sela tangis yang masih menyisakan sesengguk.
"Kucrit kenapa?" Setahu Kakek, Kucrit, kucing kesayangan Ayu Srintil, tak pernah berpisah ke mana pun ia pergi.
"Ini...."
"Owalah...apa itu, Nduk?"
Si Gadis yang bernama Ayu Srintil kembali menangis di pangkuan Kakek. Di genggamannya ada sejumput bulu, dan ketika Kakek membukanya ia begitu terkejut.
"Hah? Ini ekor kucing, Nduk...."
"Iya, Kakek...ini...ini...ekor Kucrit," jawabnya tanpa mengangkat kepala dari pangkuan Kakek.
"Apa yang terjadi?" Kakek mengambil ekor itu dari tangan Ayu Srintil. Ujung ekor terpotong seperti robekan paksa. Masih tersisa darah di tangan Ayu Srintil."Kucrit tadi main sembunyi-sembunyian di pinggir hutan, Kek. Ketika kutemukan, separuh badannya sudah ada di mulut ular sanca. Aku merebut dengan menarik ekornya. Tapi...tapi...." Tangisnya meledak kembali.
"Ah, Nduk..." Kakek tidak dapat berkata apa-apa. Ia bersyukur karena cucunya yang pemberani selamat meski harus berebut dengan ular sanca.
Ia peluk Ayu Srintil sampai tangisnya betul-betul reda.
"Kakek, ekor ini Ayu kubur di halaman depan saja, ya," pintanya.
Kakek pun membantunya mengubur ekor itu.
....
Selang seminggu kemudian, dari kubur itu tumbuh tunas. Ayu Srintil rajin menyiraminya. Ia anggap itu penjelmaan Kucrit. Sebab ketika berbunga, bunganya berbentuk persis ekor kucrit.
"Kunamai ekor Kucrit sajalah," gumamnya sambil membelai bunga-bunga yang mirip ekor kucing itu.
....
#sekadarKhayal
#tentangBunga
#liarDiBukitTrawas
...
Maaf, ini sekadar khayalanku saja, sebab tak tahu nama bunga yang kutemukan di Bukit Trawas.
Langganan:
Postingan (Atom)