Jumat, 31 Mei 2013

Perempuan Dalam Bahtera

     Perempuan dalam bahtera, punya problem yang berbeda satu sama lain. Tapi seperti sebuah kutukan turun temurun, sejak jaman yang tak diketahui kapan bermulanya, permasalahan perselingkuhan menjadi urutan teratas dalam kehidupan bahtera rumah tangga. Banyak terjadi tapi tak pernah menjadi contoh yang memberi efek jera untuk yang lain. Dari jaman ke jaman, perselingkuhan tak pernah hapus dari muka bumi ini.

      Perselingkuhan kadang tak mampu memberikan alasan yang logis. Ia mengalir begitu saja. Pada banyak kasus, perselingkuhan lebih banyak dilakukan oleh pihak laki-laki. Mungkin karena ruang gerak lelaki lebih leluasa karena pada umumnya lelakilah yang bebas bertemu dengan banyak orang karena kodratnya atau karena pekerjaannya.

   Pendapat-pendapat tentang perselingkuhan ini pada umumnya dikembalikan pada keadaan yang menyudutkan kaum perempuan. Perempuan selalu dituntut untuk menjadi pihak yang harus selalu dapat menyenangkan kaum lelaki.

    Lihatlah, dalam pengarahannya, ketua-ketua organisasi kewanitaan di Indonesia selalu menekankan bahwa menjadi istri itu haruslah dapat merawat diri. Kalau suami pulang kerja, istri jangan pakai daster lusuh yang berbau bawang. Istri harus selalu tampil cantik di hadapan suami. Istri harus dapat menjaga keharmonisan rumah tangga, sebab rumah tangga yang bermasalah dapat menjadi pemicu prilaku kurang baik sang suami di tempat ia bekerja. Dan segala hal lainnya yang pada intinya perempuanlah yang harus menjaga hati suami.

      Sementara dari pihak laki-laki, perselingkuhan selalu mendapat permakluman sebagai hal yang sangat kodrati, yaitu adanya kecenderungan watak dasar laki-laki untuk tidak puas hidup hanya dengan satu perempuan. Secantik apapun, sebaik apapun, sesetia apapun seorang istri, tidak menghalangi laki-laki untuk menduakan istrinya dengan perempuan lain. Tidak peduli bagaimana hancurnya hati seorang istri yang dikhianati cintanya, lelaki tetap jalan terus dengan tidak merasa bersalah sedikit pun. Bahkan yang amat sangat menyakitkan hati,  lelaki memakai topeng agama untuk menghalalkan perzinahannya. Dengan dalih tak ingin berzinah di hadapan Allah, lelaki melakukan perkawinan sembunyi-sembunyi dengan banyak perempuan untuk memuaskan syahwatnya.

      Dikatakan sebagai nasib buruk untuk kaum perempuan rasanya tidaklah adil. Sebab kaum perempuan juga manusia, sama seperti kaum lelaki. Kaum lelaki punya rasa sensitif maka perempuan juga punya perasaan itu.
Dan tentang rasa dendam terkhianati, perempuan dalam bahtera punya sejuta topeng untuk menutup perasaan hatinya. Di wajah ia pemaaf, tapi jauh di lubuk hatinya, iblis selalu mengipas panas dendam, bahkan kematian menjadi taruhan untuk menuntaskan dendamnya jika ia terluka. Satu hal yang kaum lelaki tak sadari, bahwa perempuan di satu saat bisa sangat lembut tapi di saat yang sama bisa sangat keras dan kejam. 

      Perempuan adalah makhluk Allah yang unik. Jika sudah mencintai satu lelaki ia dapat berbuat apa saja untuk mempertahankan cintanya. Bisa jadi cinta itu menjadi madu yang sangat manis, tapi bisa juga ia menjadi malapetaka  yang meluluhlantakkan dunia.

    Perempuan dalam bahtera adalah tetap perempuan sebagaimana perempuan-perempuan yang lain. Mereka adalah perempuan dengan segala keunikannya. Tak seorang lelaki pun dapat memahami perempuan  dalam waktu yang lama, sepanjang hidupnya sekali pun.Perempuan tak akan pernah dapat selesai untuk dipahami keunikannya. Maka jika ada lelaki yang mengatakan bahwa ia telah memahami pasangan hidupnya maka sebenarnya, ia tak punya ketertarikan lagi kepada pasangannya. Dan bersiaplah untuk masuk pada fase mengejar perempuan lain untuk dipelajari.

      Maka neraka cemburu lah yang kini meraja. 
Hal perempuan dalam bahtera, berlanjut tak pernah tahu kapan dapat berhenti di bumi ini......
Dan hal lelaki dalam bahtera, ....... mungkin ada yang bisa membocorkan rahasianya di sini??


**** sebuah perenungan subyektif ..
     
     
      
     


Rabu, 29 Mei 2013

pertarungan

pertarungan

oleh Peny Wahyuni Indrastuti (Catatan) pada 24 April 2011 pukul 20:55

Dalam masalah poligami. jumlah perempuan yang anti poligami dan pro poligami ternyata sebanding. Ibarat dua sisi mata uang yg tak terpisah. Satu sisi pro, satu sisi anti. Seandainya semua perempuan ogah jadi istri kedua dst maka wusss wusss poligami hapus dari muka bumi ini......tetapi ternyata" tidak" untuk sebaliknya. Jadi poligami sebenarnya adalah pertarungan antara para perempuan sendiri, dan lelaki memanfaatkannya dengan sebaik- baiknya.

Pertarungan yang hasilnya tak dapat menjadi contoh jera.
Lelaki yang sebenarnya hanya memanfaatkan kondisi ini, menjadi kambing hitam.
Kunci dunia ini terletak pada perempuan. Kalau perempuan berani berkata TIDAK maka perselingkuhan apalagi poligami pasti tak akan pernah terjadi.
Yang jadi masalah adalah karena banyak faktor yang membuat sebagian perempuan tidak berani berkata tidak. Bisa jadi karena faktor ekonomi yang diiming-imingkan oleh para lelaki, atau rayuan cinta membara dari lelaki, atau justru memang perempuan tak punya hati lagi yang hanya memenangkan egonya sendiri. Banyak faktor lainnya.

So what nex???  Selanjutnya terserah anda.