Jumat, 11 Agustus 2017

Toleransi Rukun Tetangga





           Tinggal di perumahan memang berbeda dengan tinggal di perkampungan. Hampir sebagian besar penghuninya adalah pendatang dari kota lain. Mukim sebab mendekati lokasi pekerjaan atau sebab lain, menginginkan lingkungan yang jauh dari hiruk pikuk kota, yang tentu saja juga karena pertimbangan harga perumahan di pinggiran kota jauh lebih murah dibanding perumahan di perkotaan.

           Tahun 2002 adalah awal aku menjejakkan kaki di sana setelah sebelumnya mukim di kota kelahiranku, yang berjarak tempuh sekitar lima jam perjalanan.

            Tetangga silih berganti, apalagi setelah kejadian munculnya fenomena lumpur yang dikenal dengan sebutan Lumpur Lapindo. Beberapa saat, rumah banyak ditinggalkan penghuninya dan sebagian ada yang dijual dengan harga murah karena khawatir lumpur mengalir ke Utara. Perumahan kami hanya berjarak sekitar tiga atau empat kilometer dari pusat semburan. Riskan memang. Tapi dengan berlalunya waktu, kehidupan kembali normal, harga rumah malah melonjak.

            Tinggal di perumahan memang harus siap mental menghadapi tetangga dari berbagai suku dan agama. Madura, Jawa, Manado, Ambon, berinteraksi bersama. Bahkan agama pun berdampingan antara Hindu, Islam, Kristen. Hidup begitu indah dalam toleransi.

            Memang pernah terjadi, ada warga yang hendak mendirikan gereja di wilayah RT, di tengah mayoritas umat muslim. Sejenak agak menegang, tapi bijaknya pengurus RT, RW, dapat mengantisipasi perpecahan dan menyesaikannya dengan damai.

           Seperti halal bihalal tahun 2017, sengaja keluar dari lingkungan perumahan, diadakan di Trawas Mojokerto yang tidak seberapa jauh dari Sidoarjo.

           Semua warga berangkat, dari bapak, ibu sampai anak-anak. Baik yang muslim maupun yang beragama lain. Pada puncak acara halal bihalal, semua saling bermaafan, bercengkerama dan mengisi dua hari satu malam dengan karaokean, senam, jalan sehat, bahkan nyebur bareng di kolam renang villa.

           Sungguh kebersamaan yang indah. Semoga akan bisa begini terus. Paling tidak, Rukun Tetangga 06 Rukum Warga 05 Perumahan Taman Candiloka Sidoarjo bisa menjadi miniatur Indonesia damai yang selalu menjunjung toleransi. Semoga. Aamiin.
















                                                   *Sampai jumpa pada acara toleransi yang lain

            

           

1 komentar:

  1. wiiii seru banget bisa tidur tumpuk2 gitu. ahahah.. erakhir aku kek gt kapan ya mbak... lupa

    BalasHapus