Sejenak di titik rindu
oleh Peny Wahyuni Indrastuti (Catatan) pada 22 Maret 2013 pukul 21:48
Deru
kipas angin memenuhi ruang itu. Selebihnya adalah detak detik jam
dinding. Jarinya masih terus menelusur huruf demi huruf, dan otaknya
berseluncur dengan ringan meraih rasa hatinya.
Sesekali ia menghela nafas panjang. Menatap layar mencari sebentuk wajah yang dirindunya.
Tapi layar tak memberi signal apapun bahwa ia ada.
Justru di matanyalah terbayang wajah itu.
**
Ia mencoba mengaduk rasa hatinya. Bahwa wajah itu ada, adakah masih meriakkan aliran darahnya.
Jumpalitan cinta tak menemukan jejaknya. Kemesraan kekasih luluh lantak kehilangan visi dan misinya. Jalan sudah bercabang arah, dan bisu mengheningkan rasa.
**
Wajah itu lambat memburam.
Kemudian hilang menjadi noktah sebiji debu.
Dulu, kini dan nanti...
Sudah kehilangan makna....
Yang tersisa hanyalah deru kipas angin, dan detak detik jam dinding di ruang itu....
**
**
** ( proyek asah rasa )
Sesekali ia menghela nafas panjang. Menatap layar mencari sebentuk wajah yang dirindunya.
Tapi layar tak memberi signal apapun bahwa ia ada.
Justru di matanyalah terbayang wajah itu.
**
Ia mencoba mengaduk rasa hatinya. Bahwa wajah itu ada, adakah masih meriakkan aliran darahnya.
Jumpalitan cinta tak menemukan jejaknya. Kemesraan kekasih luluh lantak kehilangan visi dan misinya. Jalan sudah bercabang arah, dan bisu mengheningkan rasa.
**
Wajah itu lambat memburam.
Kemudian hilang menjadi noktah sebiji debu.
Dulu, kini dan nanti...
Sudah kehilangan makna....
Yang tersisa hanyalah deru kipas angin, dan detak detik jam dinding di ruang itu....
**
**
** ( proyek asah rasa )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar